Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada akhir abad ke-7 M. Pusat
kerajaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar para ahli
menyetujui pendapat Coedes bahwa pusat kerajaan Sriwijaya ada di Palembang. Sumber
sejarah kerajaan Sriwijaya berasal dari dalam dan luar negeri.
Sumber sejarah
dari dalam negeri umumnya berupa prasasti, seperti prasasti Kedukan Bukit (683
M), prasasti Talang Tuo (684), prasasti Kota Kapur (686), prasasti umumnya
ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Adapun sumber
sejarah dari luar negeri ada yang berupa prasasti, seperti prasasti Kanton,
prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda. Selain itu ada juga sumber sejarah berupa
berita, misalnya berita dari dinasti Tang di Cina yang menyebut bahwa dipantai
timur Sumatra Selatan telah berdiri sebuah kerajaan, pendeta Budha dari Cina
I-Tsing juga pernah singgah dikerajaan pada tahun 685 .
Raja Raja Kerajaan Sriwijaya
- Dapunta Hyan Sriyanasa (683 M)
- Sri Indrawarman (724 M)
- Rudrawikama (728 M)
- Wishnu (775 M)
- Maharaja (851 M)
- Bala Putra Dewa (860 M)
- Sri Udaya Dityawarman (960 M)
- Sri Udayaditya (962 M)
- Sri Sudamaniwarmadewa (1044 M)
- Marawijaya Tunggawarman (1044 M)
- Sri Sanggaramawi Jaya Tungga Warman (1044 M)
Aspek Aspek Kehidupan Kerajaan Sriwijaya
Aspek Kehidupa Agama
Agama Budha mendominasi aspek kehidupan masyarakat
Sriwijaya, bahkan pada saat itu Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan
agama Budha terbesar di Asia Tenggara .
Aspek Kehidupan Ekonomi
Menurut catatan asing, Sriwijaya menghasilkan beberapa
perdagangan, diantaranya rempah-rempah, kapur barus, gading gajah, timah, perak
dan emas. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain sutra dan
porselen melalui relasi dagang dari Cina, India, Arab dan Madagaskar.
Aspek Kehidupan Sosial
Kerajaan Sriwijaya letaknya sangat strategis dalam lalu
lintas perdagangan Internasional, hal ini menyebabkan masyarakat lebih terbuka
dalam menerima berbagai pengaruh asing .
Aspek Kehidupan Budaya
Walaupun kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat
agama Budha, namun tidak banyak peninggalan purbakala seperti candi-candi atau
arca sebagai tanda kebesaran kerajaan di bidang kebudayaan .