Masa
penjajahan adalah masa – masa sulit bangsa Indonesia. Entah masa
pendudukan Belada maupun Jepang, bangsakita menderita karenanya.
Namun tidakbisa diabakan bahwa perkembangan sastra juga mempengaruhi
timbulnya rasa nasionalis kita sebagai bangsa.
Pada
masa pendudukan Jepang sifat sastra sangat berbeda dengan sifat
sastra di masa damai. Sastra pada umumnya berisi:
Crita
dan sajak-sajak di tengah-tengah suatu perang yang dahsyat,
Mengandung
usaha menimbulkan semangat serta menyebarkan patriotisme atau
menganjurkan semangat bekerja,
Para
pujangga tua meminta pada pujangga muda supaya menginsafi arti karya
mereka bagi masyarakat, sehingga dapat memberikan kepada masyarakat
suatu pegangan hidup.
Menjauhkan
hasil sastra yang menimbulkan keragu-raguan dan kebimbangan,
sehingga tidak meracuni masyarakat.
Membangkitkan
jiwa nasionalisme Indonesia dengan mengatakan bahwa nasionalisme
Indonesia itu sejajar dengan nasionalisme Asia.
Jiwa
muda yang tadinya sedia menerima pikiran-pikiran cita-cita yang
kelihatannya bagus dan indah, untuk beberapa lama hanyut dalam
kekaguman semboyan-semboyan “Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”
dan sebagainya, yang ternyata hanya merupakan balon-balon yang indah
berisi angin. Pemerintah pendudukan Jepang menganjurkan karya sastra
harus ditujukan ke arah usaha memenangkan “Perang Asia Tmur Raya”.
Sehingga dalam publikasi pemerintah ditampilkan karya-karya sastra
pengganti pengaruh Barat. Dalam situasi yang demikian itu lahir juga
karya-karya sastra yang bersemangat sesuai dengan cita-cita
perjuangan rakyat Indonesia.
Demikian
yang bisa saya bagikan kali ini dalam kaitannya dengan pengaruh
sastra dalam perjuangan kemerdekaan. Semoga bermanfaat.