Perhimpunan
Indonesia (PI) merupakan perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda yang
berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI berdiri pada tahun 1908 dengan nama
Indische Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono, Husein Jayadiningrat,
Notosuroto, dan Sumitro Kolopaking.
Setelah kedatangan
Soewardi Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda (1913), PI bergerak dalam
bidang politik. Pada tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama menjadi
Perhimpunan Indonesia.
Orang Belanda yang
memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia, misalnya Mr. Abendanon, Van
Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.
Pada peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan buku
berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
Keradikalan PI
ditunjukkan dengan mengganti nama majalahnya, Hindia Poetra,
dengan nama Indonesia
Merdeka. Penegasan PI ini juga terlihat pada penyempurnaan
kegiatan pada tahun 1925 sebagai berikut.
a. Hanya bangsa yang bersatu
dan dapat menyingkirkan pertikaian antargolongan yang dapat mematahkan
penjajahan. Untuk mencapai tujuan perlu dibentuk massa aksi nasional yang
berdasar kemampuan dan kekuatan sendiri.
b. Untuk mencapai tujuan, perlu
melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
c. Hal yang penting dalam
masalah penjajahan adalah pertentangan kepentingan antara penjajah dan
terjajah. Oleh karena itu, harus mempertajam pertentangan kepentingan.
d. Bangsa Indonesia harus
melakukan segala usaha untuk mengembalikan keadaan bangsa yang dirusak secara
jasmani dan rohani oleh Belanda.
PI mengadakan hubungan dengan
organisasi internasional dalam rangka propaganda memperjuangkan Indonesia
merdeka dan anti-penjajahan. Adapun jenis hubungan tersebut sebagai berikut.
a. Turut serta kegiatan
Komintern dan Association Pour Etude des Civilisation Orientales (Perhimpunan
untuk Mempelajari Kebudayaan Timur) yang didirikan di Paris (1925), di samping
itu turut dalam Liga Penentang Imperalis.
b. Mengikuti kongres dalam
rangka mencari dukungan perjuangan Indonesia, antara lain,
1) Kongres Demokrasi untuk
perdamaian tahun 1926 di Paris, Prancis;
2) Kongres Liga Melawan
Imperalisme dan Penindasan Penjajah di Brussel (1927);
3) Kongres Wanita Indonesia di
Grand, Swiss (1927).
Manifesto politik pergerakan
nasional menurut PI sebagai berikut.
a. Persatuan dan kesatuan.
b. Demokrasi.
c. Swadaya, yaitu mengandalkan
kemampuan sendiri dan secara nonkooperasi Indonesia dapat mencapai kemerdekaan.