Perlawanan rakyat Tapanuli terhadap penjajahan Belanda (VOC) terjadi pada tahun 1878 - 1907. Sekitar tahun 1873, bangsa Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli Utara dengan alasan memadamkan aktivitas pejuang-pejuang Padri dan para pemimpin dari Aceh yang banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli. Ternyata, Belanda memiliki tujuan lain, yaitu keinginan untuk menguasai wilayah Sumatera Utara.
Pada tahun 1878, Belanda mulai melancarkan gerakan militernya untuk menyerang daerah Tapanuli, sampai pada akhirnya meletuslah Perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang paling sengit itu diawali dengan operasi militer yang dilakukan oleh Jenderal Van Daalen di pedalaman Aceh tahun 1903-1904, kemudian dilanjutkan sampai daerah Tapanuli. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah Sumatera Utara dibendung oleh rakyat Tapanuli yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.
Pada tahun 1905, kedudukan Raja Tapanuli semakin terjepit dalam menghadapi operasi militer Belanda yang datang dari berbagai penjuru seperti dari arah utara (Aceh), barat (Sibolga), dan selatan (Sumatera Barat). Pada tahun 1907, dalam suatu pertempuran yang hebat, Raja Sisingamangaraja XII gugur dan seluruh wilayah Tapanuli dikuasai oleh Belanda.