Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Mpu Sindok, yang sebelumnya memerintah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Di tempat barunya ini, Mpu Sindok mendirikan sebuah dinasti yang bernama Isyana.
Pada masa pemerintahan Dharmawangsa (991-1016), Medang berusaha menguasai jalur perdagangan laut di wilayah Selat Malaka. Hal tersebut menyebabkan benturan dengan Kerajaan Sriwijaya. Akibatnya fatal bagi Dharmawangsa sendiri. Dalam upayanya untuk mengalahkan Dharmawangsa, Sriwijaya menjalin hubungan dengan negara bawahan Medang Kamulan, yaitu Kerajaan Wurawuri.
Menurut Prasasti Pucangan, pada tahun 1016 pasukan Wurawuri menyerang istana Dharmawangsa ketika ia sedang menikahkan puterinya dengan Airlangga. Dalam perisitiwa tersebut, Raja Dharmawangsa terbunuh sementara menantunya berhasil lolos. Prasasti ini juga menceritakan pengembaraan Airlangga, yang hidup selama beberapa waktu dengan para pertapa. Pada tahun 1019, para pendeta Siwa, Brahma, dan Budha menobatkannya sebagai raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga. Dengan dukungan para pemuka agama tersebut, Airlangga berhasil mengambil alih kekuasaan. Dia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Waton Mas ke Kahuripan.
* Gambar di atas adalah Arca Airlangga menunggangi Burung Garuda. Garuda merupakan makhluk suci setengah burung setengah manusia, yang dalam mitologi Hindu merupakan tunggangan Dewa Wisnu.
Pada akhir pemerintahannya, Airlangga mengalami kesulitan untuk menentukan penggantinya karena sang pewaris, Maharantri i hino Wijayatunggadewi, menolak naik tahta dan memilih menjadi seorang pertapa. Akhirnya, dengan bantuan Mpu Bharada, Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi Jenggala dan Panjalu (Kediri).