Temuan-temuan yang dilakukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich memperlihatkan bahwa makhluk yang hidup pada lapisan plestosen bawah tidak meninggalkan bekas-bekas tertentu, yang menunjukkan perkembangan kebudayaan yang dianut makhluk tersebut. Akan tetapi, penemuan pada lapisan plestosen tengah menunjukkan bahwa telah ada kebudayaan. Penemuan tersebut terdapat di daerah Gunung Pacitan, ketika pada tahun 1935 Von Keonigswald menemukan sejumlah alat-alat batu antara lain seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, dan alat serpih.
Temuan alat-alat batu tersebut tidak hanya di Pacitan, tetapi juga di Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat (Sumatera Selatan), Kalianda (Lampung), Cabbenge (Sulawesi Selatan), dan Awangbangkal (Kalimantan Selatan).
Di Ngandong ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang, seperti belati yang digunakan untuk mengorek dan ujung tombak bergerigi yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat-alat lainnya ditemukan di Sangiran yang merupakan bagian kebudayaan Ngandong ialah alat serpih, sejenis perkakas kecil terbuat dari batu yang dipergunakan untuk menyerpih. Temuan alat ini berasal dari lapisan plestosen atas. Kebudayaan Pacitan dan Ngandong memperlihatkan penggunaan alat-alat batu yang masih sederhana. Periode ini sering juga dinamakan dengan zaman paleolitikum atau zaman batu tua karena menggunakan peralatan batu yang teknologinya masih sederhana.
Dari alat-alat yang ditemukan nampak bahwa pada masa tersebut kehidupan masih berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan mereka sangat bergantung pada kondisi alam dan memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka bertempat tinggal di daerah padang rumput di dekat sungai atau danau. Sebab di sinilah binatang buruan mereka seperti kuda, badak, kerbau, banteng, rusa, dan monyet dapat ditemukan. Perburuan dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama-sama.