Banyak makhluk hidup dengan peristiwa biokimia memungkinkannya untuk bertahan kala suhu tubuh mereka turun hingga di bawah nol derajat.
Serangga pada umumnya membuat gliserol untuk menghindari pengaruh pembekuan dengan cara:
1). Gliserol menurunkan titik beku cairan tubuh dengan menambah jumlah molekul yang larut. Dengan perlindungan ini, seekor lalat dapat berhatan hingga di bawah -100 C.
2). Gliserol membuat air membeku sebagai zat padat yang terfitrifikasi, yaitu berupa gelas dan bukan berupa kristal. Jika air membeku sebagai kristal maka akan mengakibatkan sel menjadi pecah dan rusak.
Ikan dan beberapa vertebrata juga mempunyai perlindungan kimia terhadap pembekuan. Seekor katak yang tahan cuaca dingin di bawah titik beku air, memproduksi glukosa yang akan meningkatkan konsentrasi larutan dalam cairan tubuhnya. Oleh karena itu, katak terhindar dari peristiwa dehidrasi yang diakibatkan oleh mengentalnya darah pada suhu rendah.
Gejala di atas menarik perhatian para peneliti medis. Di antaranya ada yang berpikir untuk mengawetkan organ tubuh dengan pembekuan yang tidak rusak, yaitu dengan membuat agar proses pembekuan berjalan lebih lambat. Mereka merendam organ itu dalam propilen gliserol dalam konsentrasi serendah mungkin serta dalam tekanan 1000 atmosfer. Oleh karena itu, cairan di dalam organ tubuh tersebut akan terfitrikasi. Pengembalian organ beku ke suhu tubuh dilakukan dengan pemanasan menggunakan gelombang makro.
Pengawetan organ tubuh seperti ginjal pada saat ini masih mempunyai masalah yang serius, yaitu waktu paruh yang paling lama dapat dibuat adalah tak lebih dari 7 tahun.